Sabtu, 24 April 2010

Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Imam Ibnul Qayyim berkata:
"Ingkar terhadap kemungkaran itu ada empat tingkatan, yaitu:
> Kemungkaran itu hilang dan berganti dengan kebaikan.
> Kemungkaran itu berkurang, meski tidak hilang secara total.
> Kemungkaran itu berganti dengan kemungkaran yang sebanding.
> Kemungkaran itu berganti dengan yang lebih munkar dari sebelumnya.
Dua tingkat pertama itulah yang disyariatkan, sedangkat yang ketiga masih diperselisihkan dan yang ke empat diharamkan..."

Syaikul Islam Ibnu Taimiyah - semoga Allah memuliakn ruhnya dan menyinari kuburnya- berkata:
"Pada masa penyerbuan tar-tar, saya dan sebagiann sahabatku bertemu beberapa orang dari kalangan mereka (tar-tar) yang sedang minum khmr, lantas sahabat-sahabatku mengingkari mereka, maka saya menegur dan berkata kepada sahabat-sahabatku," Sesungguhnya Allah mengharamkan khamr karena ia dapat menghalang-halangi manusia dari dzikir kepada Allah dan menjalankan shalat, sementara mereka terhalang oleh khamr dari membunuh kaum muslimin, menawan anak-anak dan merampas harta. karena itu, biarkanlah mereka".

Dalam beramar ma'ruf nahi munkar pun kita harus memegang kaidah-kaidahnya, sehingga objek dakwah kita tidak keburu kabur dan mengecap kita orang yang sok ngatur ( karena mayoritas orang tuh gak suka digurui). jangan sampai amar ma'ruf nahi munkar yang kita sampaikan malah menjadikan kemungkaran yang lebiiiih besar (pemboikotan terhadap dakwah mungkin), naudzubillahimindzalik...

Rasul pun mengajarkan kita untuk menyampaikan sesuai dengan bahasa mereka. Sehingga kita dituntut untuk lebih memahami objek dakwah untuk mengetahui metode atau jurus jitu yang bisa dipakai untuk mengajak mereka. Tidak masalah jika kita menjadi orang lain (selama masih dalam koridor syar'i, ingat harus tetap syar'i) dengn tujuan dakwah kita bisa diterima oleh sang objek.

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." (Q.S An Nahl: 125)

Sabtu, 10 April 2010

Belajar Tegar dari Orang-Orang di Sekitar Kita


“Dunia ini terlalu sempit bila hanya diwarnai oleh kehidupan pribadi diri kita sendiri” begitulah ungkapan yang menurutku pas untuk pembelajaran yang tiada henti dari setiap kehidupan yang kujalani ini. Rugi deh bila sisa hidup kita ini hanya dihabiskan untuk mengurusi sisi-sisi kehidupan kita saja tanpa mau melihat dan mengerti ‘kehidupan lain’ yang ada di sekitar kita. Kehidupan lain yang dimaksud disini bukan dalam pengertian dunia makhluk ghaib ya…kalo itu ilmunya belum nyampe deh…gak jauh-jauh kehidupan yang dimaksud adalah kehidupan teman-teman kita sendiri.

Susah untuk orang yang tidak peka
Mungkin salah satu kekurangan orang yang bersifat dominan pleghmatis adalah susah untuk lebih peka terhadap keadaan sekitar, karena ini yang kurasakan sendiri (hehe) orang plegmatis itu cenderung untuk cuek dan tidak mau berpikir yang berat-berat yang bisa membuat kepalanya panas (heuh buruk banget). Tapi di sisi lain, orang plegmatis yang dituntut untuk bisa lebih peka pun akan mencoba peka dan solider terhadap keadaan yang sedang berkecamuk, disinilah sebenarnya aku kurang setuju dengan teori yang mengelompokkan orang berdasarkan 4 kelompok besar (sanguinis, melankolis, plegmatis, dan korelis), toh dalam kenyataannya tidak selalu saklek dengan teori itu. Orang plegatis bisa saja berubah menjadi korelis, sangunis bisa jadi melankolis, atau perpaduan kedua sifat, ketiga sifat, atau bahkan keempat sifat. Karena sebenarnya yang mempengaruhi keadaan psikologinya adalah lingkungan.

Termasuk orang plegmatis yang lingkungannya menuntut dia untuk lebih peka dan toleran juga akan merasakan kesensitifan dalam berpikir dan bergerak. Sulit memang tapi bisa terus belajar. insyaAllah…
Dengan bisa lebih menyelami kehidupan orang lain inilah akan terbangun suatu revolusi dalam diri sendiri yakni kesyukuran yang tiada tara serta keteladanan dan pembelajaran dari kisah hidup orang-orang itu.
Ada beberapa hal yang membuat seseorang bisa menyelami kehidupan orang lain:
1. karena sudah tugasnya (ada ya…?) ya pasti ada lah…
2. karena keterbukaanya, sehingga orang lain pun tak segan untuk terbuka dengannya.
3. karena ketidaksengajaan, mungkin karena banyak orang yang merasa aman bila bercerita dengannya, mungkin salah satu sifat orang yang plegmatis juga adalah menjadi pendengar yang baik (meskipun orang plegmatis itu sangat lemah di audio, hehe).

Tegar dari mereka…
Ada beberapa kisah hidup dari teman-temanku sendiri (serius) yang menjadikan hal itu sebagai ibroh yang tak tak ternilai dan suatu anugerah luar biasa ketika bisa mengetahui secara langsug dari orangnya sendiri, tentang perjuangannya, tentang ketegarannya, tentang prinsip hidupnya, tentang pengorbanannya, tentang pengabdiannya dan tentang jiwa kepahlawanannya. Terkadang bila mendengar kisahnya dan membandingkan dengan kisah hidup diri sendiri akan terasa sangat berbeda dan jauh sekali, namun sekali lagi hal itulah yang membuat aku belajar dari pengalaman hidupnya. Orang mungkin tak akan percaya bila mengetahui kisah hidupnya yang teramat pelik karena dalam kesehariannya dia terlihat biasa-biasa saja. Itulah mungkin salah satu karakter orang mulia dan tangguh yang mampu menyembunyikan penderitaan dan perjuangannya …

Dia tidak ingin banyak orang yang tahu sehingga membuat dia melemah dengan keadaan hidup yang sebenarnya jauh dari harapannya tersebut. Namun di balik kehidupannya itulah dia telah diajarkan sebuah nilai-nilai menjadi manusia yang tegar dan tangguh. Di sinilah Allah langsung mengajarinya nilai-nilai heroik lewat kehidupannya, subhanallah.

Mungkin banyak diantara kita yang tidak tahu bahwa sebagian teman-teman kita berjuang mati-matian untuk bedakwah kepada keluarganya (sampai-sampai dibenci oleh keluarga besarnya sendiri), membanting tulang setelah kuliah untuk membiayai kehidupannya, kehidupan keluarga yang banyak masalah, tekanan dari keluarganya sendiri, tuntutan keluarga, kesabaran yang tiada putus mengarungi nasib, dan masih banyak permasalahan hidup yang tidak membuat mereka gentar namun justru berusaha bertahan dan berjuang untuk kehidupan yang lebih baik, tanpa banyak orang yang tahu.

Beberapa orang, temanku sendiri dan orang terdekatku, kisah hidup mereka mengajarkanku suatu realita kehidupan yang lain. Yang sebenarnya bisa saja terjadi dalam kehidupan pribadiku. Allah sangat cintanya Ia kepada mereka , sehingga membuat kesabaran menjadi tangga yang mereka naikki menuju taqwa yang sempurna.

Dari sebuah hadist: Sa'ad bin Abi Waqqash berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya?" Nabi Saw menjawab, "Para nabi kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan yang meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamnya tipis (lemah) dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa. (HR. Bukhari).

Janji Allah itu pasti saudara-sadariku… terimakasih banyak telah mengajariku ‘sisi kehidupan yang lain dari yang biasanya’