Rabu, 12 Agustus 2009

Catatan PL 3

Curhatan Pak Kono (Asisten Pembimbing Lapang)

Jam istirahat hampir tiba, ketika aku sudah duduk manis mau membaca buku yang aku bawa dari rumah, sengaja dibawa untuk dibca pas istirahat makan siang. Karena hari ini pulang siang, jadilah aku tidak makan siang di warung dekat perusahaan, namun kata Pak Kono, warungnya lagi tutup dan Pak Kono nitip ke Pak Ripto rekannya untuk membeli makan di tempat lain. sambil menunggu giliran sholat, dan aku nungguin mita sholat dulu. Pak Kono menceritakan awal mulanya beliau bisa masuk ke perusahaan ini, tentang masa2 sekolahnya, tentang anak pertamanya yang sekarang di Kalimantan, tentang anak bungsunya yang baru masuk smp, tentang pertemuan pertamanya dengan istrinya di tempat kerja sebelum berada di perusahaan ini, dan masih banyak lagi yang diceritakan pak Kono tentang dirinya. aku yang mendengar sesekali menanggapi dan bertanya, jadilah Pak Kono semakin seru bercerita.

dari cerita PaK Kono inilah aku mendapat sebuah pelajaran lagi, tentang sebuah tanggug jawab seorang ayah kepada keluarganya. seorang laki-laki yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya. tentang obsesi seorang ayah terhadap anak-anaknya agar bisa sukses, sekolah tinggi dan mendapat pekerjaan yang layak. Sulitnya hidup sebelum bekerja di perusahaan ini membuat Pak Kono semakin gigih mendapatkan pekerjaan yang layak untuk bisa menghidupi keluarganya dan menyekolahkan anak-anaknya.

teringat aku kepada seorang lelaki, kepala keluargaku. Bapakku. walaupun mungkin orang-orang melihat Bapak orang yang culup sukses dan kini tinggal menikmati masa tuanya karena sudah pensiun, namun di balik semua itu ada berjuta pengorbanan yang telah ditorehkan untuk keluarganya tercinta, agar anak-anaknya senang, bahagia, dan merasa berkecukupan. selama ini, mungkin sisi perjuangan ayahku ini jarang kuperhatikan. Perhatian dan obsesinya terhadap anak-anaknya juga kurang kupahami. semua salahku sepenuhnya sebagai seorang anak yang hanya mau dimengerti tanpa memikirkan perasaan orang tua. mendengar cerita Pak Kono, aku menjadi berpikir dari sudut pandang sebagai orang tua yang senantiasa memikirkan keluarganya, memikirkan masa depan anaknya. sebelumnya sebagai anak dengan sudut pandang anak, jarang sekali aku memikirkan keinginan orang tua atas masa depan anaknya ini. yang aku targetkan adalah mencapai cara untuk membahagiakan kedua orang tuaku sedangkan apa saja hal yang membahagiakan kedua orangtuaku saja aku tidak tahu. salahku juga yang belum bisa bicara dari hati ke hati... Pak Kono mengajarkanku berpikir dari sudut pandang orang tua, menjadi orang tua yang tidak berhenti berpikir tentang masa depan anaknya...

*Spesial untuk Bapakku yang pernah kukecewakan atas pilihan hidupku ini. sebenarnya aku sangat takut bila pilihan ini membuatku menjadi anak yang durhaka... tagihlah janji putrimu ini Pak,,, aku akan terus berusaha!!!

0 komentar:

Posting Komentar

ayo koment