Rabu, 27 Oktober 2010

Sulit, Mudah, RidhoNya

Satu waktu, sudah lama sekali

Seseorang berkata dengan wajah sendu

“Alangkah beratnya…alangkah banyak rintangan…

Alangkah berbilang sandungan…alangkah rumitnya.”

Aku bertanya,”lalu?”


Dia menatapku dalam-dalam, lalu menunduk

“Apakah sebaiknya kuhentikan saja ikhtiar ini?”

“Aanya karena itu kau menyerah kawan?”

Aku bertanya meski tak begitu yakin apakah aku sanggup

Menghadapi selaksa badai ujian dalam ikhtiar seperti dilaminya

“Yah…bagaimana lagi? Tidakkah semua hadangan ini pertanda bahwa Allah tak meridhoinya?”


Aku membersamainya menghela napas panjang

Lalu bertanya, “andai Muhammad, Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam

Berpikir sebagaimana engkau menalar, kan adakah Isam di muka bumi?

“Maksudmu?”, ia terbelalak

“Ya, andai Muhammad berpikir bahwa banyak kesulitan

Berarti tak diridhoi Allah, bukankah ia akan berhenti di awal-awal risalah?”

Ada banyak titik sepertimu saat ini, saat Muhammad

Bisa mepertimbangkan untuk menghentikan ikhtiar

Mungkin saat dalam rukuknya ia dijerat di bagian leher

Mungkin saat ia sujud lalu kepalanya disiram isi perut unta

Mungkin saat ia bangkit dari duduk lalu dahinya disambar batu

Mungkin saat ia dikatai gila, penyair, dukun, dan ukang sihir

Mungkin saat ia dan keluarga diboikot total di syi’b Abi Thalib

Mungkin saat ia saksikan sahabat-sahabatnya disiksa di depan mata

Atau saat paman terkasih dan istri tersayang berpulang

Atau justru saat dunia ditawarkan kepadanya, tahta, harta, wanita…”

“Jika muhammmad berpikir sebagaimana engkau menalar

Tidakkah ia punya banyak saat untuk memilih berhenti?


Tapi Muhammad tahu, kawan

Ridho Allah tak terletak pada sulit atau mudahnya

Berat atau ringannya, bahagia atau deritanya

Senyum atau lukanya, tawa atau tangisnya”

“Ridho Allah terletak pada

Apakah kita mentaatiNya

Dalam menghadapi semua itu

Apakah kita berjalan dengan menjaga perintah dan larangNya

Dalam semua keadaan dan ikhtiar yang kita lakukan”

“Maka selama di situ engkau berjalan

Bersemangatlah kawan…”


(karya Salim A. Fillah Dalam Dekapan Ukhuwah)


Ujian yang Allah berikan kepada kita (manusia yang hidup di zaman ini) belum lah ada apa2nya dibandingkan ujian para nabi, rasul dan sahabatnya....jadi tidak lah ada kata menyerah dan putus asa...berikhtiarlah terus...Allah melihat proses, dan maniznya buah kesabaran akan kita rasakan kelak...pada saat yang telah Allah gariskan kepada kita. "aku tidak tahu apakah ini musibah atau kah nikmat? yang bisa kulakukan adalah berbaik sangka...dan terus berikhtiar dengan niat yang ikhlas..."

Smangat kawan2....!!!!

Ihris....!!!

1 komentar:

vivi mengatakan...

yakin yg diberikanNya untuk kita adalah yang terbaik bwt kita...
smangaaaat !!! :D

Posting Komentar

ayo koment